YANCE
TASUMOLANG
10
310 831
UNIVERSITAS
NEGERI MANADO
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN
BIOLOGI
MATERI
KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATERI
1
Sejarah
singkat Kultur Jaringan Tanaman
Menurut
(suryowinoto, 1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue
culture, weefsel cultuus atau gewebe kultur. Kultur adalah
budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi
yang sama. Maka, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman
menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifst seperti induknya. Pelaksanaan teknik kultur jaringan ini berdasarkan
teori sel seperti yang ditemukan oleh scheiden dan schwann, yaitu bahwa sel
mempunyai kemampun autonom, bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotesi
adalah kemampuan setiap sel, dari mana saja sel tersebut diambil, apabila
diletakan dalam lingkungan yang sesuai akan dapat tumbuh menjadi tanaman yang
sempurna. (Suryowinoto, 1991). . Aplikasi kultur jaringan pada awalnya ialah untuk
propagasi tanaman. Selanjutnya penggunaan kultur jaringan lebih berkembang lagi
yaitu untuk menghasilkan tanaman yang bebas penyakit, koleksi plasma nutfah,
memperbaiki sifat genetika tanaman, produksi dan ekstaksi zat-zat kimia yang
bermanfaat dari sel – sel yang dikulturkan. (George dan Sherrington, 1984).
Banyak keuntungan yang bisa didapat dari hasil pembiakan secara vegetatif yaitu
dapat dipertahankan sifat genetis sehingga dapat menghasilkan tanaman yang sama
dengan induknya (Astuti dan Soeryowinoto, 1981).
Kultur
jaringan adalah suatu metode penanaman protoplas, sel, jaringan, dan organ pada
media buatan dalam kondisi aseptik sehingga dapat beregenerasi menjadi tanaman
lengkap. Salah satu aplikasi kultur jaringan yang telah dikenal secara meluas
dan telah banyak diusahakan untuk tujuan komersial adalah perbanyakan tanaman.
Perbanyakan melalui kultur jaringan yang banyak diusahakan secara komersial
pada saat ini terutama di negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, dan
Eropa.
Kultur
jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur
jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi
bagiantanaman seperti daun, mata tunas,
serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang
kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya
sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman
lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman
dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril. (Daisy. P dan Wijayani. A: 1994). Kultur jaringan akan lebih besar persentase
keberhasilanya bila mengunakan jaringan meristem. Jaringan meristem adalah
jaringan muda, yaitu jaringan yang terdiri dari sel-sel yang selalu membelah,
dindingnya tipis, belum mempunyai penebalan dari zat pektin, plasmanya penuh
dan vkuolanya kecil-kecil. Kebanyakan orang mengunakan jaringan ini untuk tissue
culture. Sebab, jaringan meristem keadaanya selalu membelah, sehingga
diperkirakan mempunyai zat yang mengatur pembelahan. Kultur
jaringan atau tissue culture berasal dari dua kata yaitu kultur atau culture
dan jaringan atau tissue. Kultur adalah budidaya, sedangkan jaringan
adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama (Nugroho dan
Sugito, 2005). Sehingga kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan
tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat sama seperti induknya.
Kultur jaringan tanaman yang juga disebut weefsel cultuss atau gewebe
kulturmerupakan teknik menumbuh-kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel,
jaringan atau organ dalam kondisi aseptik secara in vitro. Teknik ini
dicirikan oleh kondisi kultur yang aseptik, penggunaan media kultur buatan
dengan kandungan nutrisi lengkap dan ZPT (zat pengatur tumbuh), serta kondisi
ruang kultur yang suhu dan pencahayaannya terkontrol (Hendaryono danWijayani,1994).
Jaringan atau biakan jaringan sering
disebut kultur in vitro yakni teknik pemeliharaan jaringan atau bagian dari
individu secara buatan yang dilakukan di luar individu yang bersangkutan. In
vitro berasal dari bahasa Latin yang artinya "di dalam kaca". Jadi
Kultur in vitro dapat diartikan sebagai bagian jaringan yang dibiakkan di dalam
tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material tembus pandang
lainnya. Secara teoritis teknik kultur jaringan dapat dilakukan untuk semua
jaringan, baik dari tumbuhan, hewan, bahkan juga manusia, karena berdasarkan
teori Totipotensi Sel (Total Genetic Potential), bahwa setiap sel memiliki
potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan
berediferensiasi menjadi tanaman lengkap. Sel dari suatu organisme multiseluler
di mana pun letaknya, sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu
sel tersebut, setiap sel berasal dari satu sel.
Bibit yang dihasilkan dari kultur
jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang
identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga
tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan
jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin,
kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan
konvensional. (http://galihsamson.blogspot.com/2012/03/pengertian-kultur-jaringan-pada-tanaman.html).
Kultur
jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe kulturatau
tissue culture (Inggris) atau weefsel kweek atau weefsel
cultuur (Belanda). Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah
suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel,
jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang
steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga
bagianbagian tersebut dapat memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman
yang lengkap. Dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi yang
ditulis oleh SCHLEIDEN dan SCHWANN (Suryowinoto dan Suryowinoto, 1977) yang
menyatakan bahwa teoritotipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai
totipotensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh
dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat bereproduksi,
berkembang biak secara normal melalui biji atau spora. (http://p4ndhit.files.wordpress.com/2010/03/sejarah-kultur-jaringan-tumbuhan1.pdf)
Teknik
kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi
dalampelaksanaannya. Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringan adalah
laboratorium dengan segala fasilitasnya. Laboratorium harus menyediakan
alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali dan
fasilitas dasar seperti, air listrik dan bahar bakar. Pelaksanaan kultur
jaringan memerlukan juga perangkat lunak yang memenuhi syarat. Dalam melakukan
pelaksanaan kultur jaringan, pelaksana harus mempunyai latar belakang ilmu-ilmu
dasar tertentu yaitu botani, fisiologi tumbuhan ZPT, kimia dan fisika yang
memadai. Pelaksana akan berkecimpung dalam pekerjaan yang berhubungan erat
dengan ilmu-ilmu dasar tersebut. Pelaksana akan banyak berhubungan dengan
berbagai macam bahan kimia, proses fisiologi tanaman (biokimia dan fisika) dan
berbagai macam pekerjaan analitik. Kadang-kadang latar belakang pengetahuan
tentang mikrobiologi, sitologi dan histologi. Pelaksana juga dituntut dalam hal
ketrampilan kerja, ketekunan dan kesabaran yang tinggi serta harus bekerja
intensif.
Pekerjaan kultur jaringan meliputi: persiapan media,
isolasi bahan tanam (eksplan),sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan,
aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapang.
Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan
pekerjaan tersebut memerlukan penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan
tersendiri.
Tokoh-tokoh yang berperan dalam sejarah dimulainya
pengetahuan kultur jaringan antara lain adalah:
a.
Orang yang melakukan kultur jaringan
adalah Gottlieb Haberlant pada tahun 1902.
b.
Tahun 1904 Hannig melakukan kultur
embrio pada tanaman cruciferae.
c.
Knudson berhasil mengecambahkan anggrek
secara in vitro di tahun 1922, pada tahunyang sama Robbins mengkulturkan ujung
akar secara in vitro.
d.
Gautheret, nobecourt dan White yang
menemukan auxin dan telah berhasilmembudidayakan kalus pada tahun 1939.
e. Skoog dkk. telah menemukan sitokinin dan
orang pertama yang sukses dalammelakukan kultur jaringan pada tahun 1939.
f.
Tahun 1940 Gautheret melakukan ku.ltur
jaringan kambim secara in vitro padatanaman Ulmus untuk study pembentukan tunas
adventif.
g.
Tahun 1941 Penggunaan air kelapa untuk
campuran media dalam kultur Datura olehvan Overbeek.
h.
Pembentukan tunas adventif pertama pada
kultur tembakau secara in vitro oleh Skoogpada tahun 1944.
i.
Baru pada tahun 1946, tanaman lengkap
pertama dapat dihasilkan dari eksplan kulturtunas ujung pada Lupinus dan
Tropaeolum oleh Ball.
j.
Pada tahun 1950 Ball mencoba menanam
jaringan kalus tanaman Sequoiasempervirens dan dapat menghasilkan organ.
k.
Muir berhasil menumbuhkan tanaman
lengkap dari kultur sel tunggal pada tahun 1954.
l.
Tahun 1955 Miller dkk. Menemukan kinetin
yang dapat memacu pembelahan sel.
m.
Produksi tanaman haploid pertama
dihasilkan oleh Guha pada tahun 1964.
n.
Laminar air flow digunakan pertamakali
pada akhir tahun 60-an.
o.
Power mencoba melakukan penyatuan (fusi)
protoplas pertama kali pada tahun 1970.
p.
Baru pada tahun 1971 tanaman lengkap
dihasilkan dari eksplan protoplas oleh Takebe.
q.
Untuk mendapatkan tanaman yang tahan
penyakit, Larkin pada tahun 1981mengadakan penelitian variasi somaklonal yang
pertama kali.
r.
Salah satu cara untuk mendapatkan
kultuvar unggul adalah dengan melakukantransformasi. Transformasi sel pertama
dilakukan oleh Horch pada tahun 1984.
s.
Trasformasi tanaman pertama dilakukan
oleh IPTC pada tahun 1986.
t.
Transformasi wheat oleh Vasil pada tahun
1992.
u.
Pada tahun 1996 pelepasan pertama
tanaman hasil transformasi genetik.
A. Landasan
Kultur Jaringan
Landasan kultur jaringan didasarkan atas tiga
kemampuan dasar dari tanaman, yaitu:
1.
Totipotensi adalah potensi atau kemampuan dari sebuah sel untuk
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman secara utuh jika distimulasi dengar benar
dan sesuai.Implikasi dari totipotensi adalah bahwa semua informasi tentang
pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme terdapat di dalam sel. Walaupun
secara teoritis seluruh sel bersifat totipotensi, tetapi yang mengekspresikan
keberhasilan terbaik adalah sel yang meristematik.
2.
Rediferensiasi adalah kemampuan sel-sel masak (mature) kembali
menjadi ke kondisi meristematik dan dan berkembang dari satu titik pertumbuhan
baru yangdiikuti oleh rediferensiasi yang mampu melakukan reorganisasi manjadi
organ baru.
3. Kompetensi menggambarkan
potensi endogen dari sel atau jaringan untuk tumbuh dan berkembang dalam satu
jalur tertentu. Cantohnya embrioagenikali kompetencel adalah kemampuan untuk
berkembang menjadi embrio funsional penuh. Sebaliknya adalah non-kompeten atau
morfogenetikali tidak mempunyai kemampuan.
1. Prinsip Dasar Kultur
Jaringan
Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk
mengisolasi bagian dari tumbuhan seperti protoplasma, sekelompok sel, jaringan
atau organ serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap
kembali.
Teori yang mendasari tehnik kultur jaringan
adalah teori sel oleh Schawann dan Scheleiden (1838) yang menyatakan sifat
totipotensi (total genetic potential) sel, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang
hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap
untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai.
1. Tahapan yang dilakukan dalam
perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
a. Pemilihan
dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan
Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan
varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan
sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di
rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat
tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara
in-vitro.
b. Inisiasi Kultur
Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro
tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta
inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell, 1976). ini mengusahakan kultur yang
aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan
aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap
ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi
pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian
tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur
tahap selanjutnya (Wetherell, 1976).
c. Sentrilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam
kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar
flow dan menggunakan alat-alat yang juga sterail. Sterilisasi juga
dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara
merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan
juga harus steril.
d. Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul
Tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul
atau bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta
memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan
untuk tahap berikutnya. Pada tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan dengan cara
merangsang terjadinya pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler atau merangsang
terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun
melalui induksi kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase
inisiasi, di dalam media harus terkandung mineral, gula, vitamin, dan hormon
dengan perbandingan yang dibutuhkan secara tepat (Wetherell, 1976). Hormon yang
digunakan untuk merangsang pembentukan tunas tersebut berasal dari golongan
sitokinin seperti BAP, 2-iP, kinetin, atau thidiadzuron (TDZ).
e. Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar
Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk
akar dan pucuk tanaman yang cukup kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat
dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke lingkungan luar. Dalam tahap ini,
kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya terhadap pengaruh lingkungan,
sehingga siap untuk diaklimatisasikan (Wetherell, 1976). Tunas-tunas yang
dihasilkan pada tahap multiplikasi di pindahkan ke media lain untuk pemanjangan
tunas. Media untuk pemanjangan tunas mengandung sitokinin sangat rendah atau
tanpa sitokinin. Tunas tersebut dapat dipindahkan secara individu atau
berkelompok. Pemanjangan tunas secara berkelompok lebih ekonomis daripada
secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang, tunas tersebut dapat diakarkan.
Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat dilakukan sekaligus atau secara
bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru diakarkan. Pengakaran tunas in-vitro
dapat dilakukan dengan memindahkan tunas ke media pengakaran yang umumnya
memerlukan auksin seperti NAA atau IBA. Keberhasilan tahap ini tergantung pada
tingginya mutu tunas yang dihasilkan pada tahap sebelumnya.
f. Aklimatisasi
Dalam proses perbanyakan
tanaman secara kultur jaringan, tahap aklimatisasi planlet merupakan salah satu
tahap kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara masal.
Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar
botol seperti rumah kaca , rumah plastik, atau screen house (rumah kaca kedap
serangga). Proses ini disebut aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses
pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan secara
ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah,
atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap
ditanam di lapangan. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa
dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal
dengankeberhasilan yang tinggi.
3. Macam-Macam Kultur
Jaringan
a.
Kultur meristem, menggunakan jaringan (akar, batang, daun) yang muda
atau meristematik
b. Kultur anter, menggunakan kepala sari
sebagai eksplan
c. Kultur embrio, menggunakan embrio. Misalnya pada embrio kelapa kopyor
yang sulit dikembangbiakan secara alamiah
d.
Kultur protoplas, menggunakan sel jaringan hidup sehingga eksplan tanpa
dinding
e. Kultur kloroplas, menggunakan kloroplas.
Kultur ini biasanya untuk memperbaiki atau membuat varietas baru
f. Kultur
polen, menggunakan serbuk sari sebagai eksplannya.
4. Manfaat Kultur
Jaringan
Manfaat utama
dari perbanyakan tanaman secara kultur jaringan adalah untuk mendapatkan
tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat serta
mempunyai sifat fisiologis dan morfologi sama dengan tanaman induknya. Dari
teknik kultur jaringan ini diharapkan pula dapat memperoleh tanaman baru yang
bersifat unggul. Teknik kultur jaringan sangat bermanfaat bagi dunia ilmu
pengetahuan, terutama di bidang fisiologi tanaman dan untuk pengembangan
bioteknologi. Melalui kultur jaringan ternyata juga berpengaruh terhadap devisa
negara. Misalnya, terlaksananya ekspor tanaman ke negara lain, maka akan
menaikkan devisa negara di sektor pertanian.
5. Kelemahan Kultur Jaringan
a.
Diperlukan biaya awal yang relatif tinggi
b .Hanya mampu dilakukan oleh orang-orang
tertentu, karena memerlukan keahlian khusus
c.
Bibit hasil kultur jaringan memerlukan proses aklimatisasi, karena
terbiasa dalam kondisi lembap dan aseptik.
6. Keuntungan Kultur Jaringan
a. Pengadaan bibit
tidak tergantung musim
b. Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak
dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari satu mata tunas yang sudah
respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal 10.000 planlet/bibit)
c. Bibit yang
dihasilkan seragam
d. Bibit yang
dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu).
e. Biaya
pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah.
f.
Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan
lingkungan lainnya.
g. Dapat diperoleh
sifat-sifat yang dikehendaki.
h. Metabolit sekunder tanaman segera didapat
tanpa perlu menunggu tanaman dewasa.
SUMBER
Anonymus.
2010. Sejarah kultur jaringan. http://p4ndhit.files.wordpress.com/2010/03/sejarah-kultur-jaringan-tumbuhan1.pdf 2013/02/20. 13:12
Anonymus.
2012. Pengertian Kultur jaringan. http://layartekno.blogspot.com/2012/10/pengertian-manfaat-tahapan-dan-macam.html
2013/02/20. 12:30
Gati,
W. Tanpa tahun. Peranan kultur jaringan.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/32880/E07ade.pdf?sequence=1). 2013/02/20. 14:01
Anonymus.
2012. Pengertian kultur jaringan pada
tanaman. http://galihsamson.blogspot.com/2012/03/pengertian-kultur-jaringan-pada-tanaman.html 2013/02/20.12:46
Mantapp
BalasHapusKurang Banyak TOD :v
BalasHapusSalam dari Yusuf Kurniawan Di JatimPark
HapusMakasih bànyak antas info yàng di berikañ 😘
BalasHapusThanks for information
BalasHapusThanks you for information.
BalasHapusKurang pendekk mas ee
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHaaa apakah?
BalasHapusBodoh
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusEdo X zandi zikri
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBaca woi baca jangan komen terus
BalasHapusTutor ganteng maseh !!
BalasHapusSaya bjorka akan saya hack kamu
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAngga budu
BalasHapusLeludok lokotreee
BalasHapusPitri pak yang komen
BalasHapusAlex jamsut
BalasHapusTutor sumbing?
BalasHapus